Setiap langkah di Desa Wisata Wirokerten membawa Anda lebih dekat dengan warisan Mataram Islam yang masih hidup. Rasakan harmoni tradisi, sejarah, dan keramahan yang menyatu dalam setiap acara dan perayaan.
Di Wirokerten, berdiri rumah Joglo kuno dari periode Islam, simbol arsitektur Jawa. Dari jati dan nangka, rumah ini tangguh. Tetap berfungsi sebagai tempat tinggal, ia hidup bersama sejarah. Keasliannya menjadikan warisan budaya yang layak dilestarikan.
Makam Trah Kudowilayan di Botokenceng, Wirokerten, adalah peninggalan sejarah Islam. Ini makam keturunan prajurit kuda Mataram Islam Yogyakarta. Nisan batu andesitnya tunjukkan usia & nilai historis. Keluarga merawatnya demi identitas budaya & sejarah lokal.
Di Sareman, Wirokerten, ada struktur batu putih (43x19x9 cm) dari masa Islam di kebun bambu. Tersusun tiga lapis memanjang, diduga kuat bagian dari beteng Keraton Mataram Kuno di Kota Gede. Ini saksi bisu kejayaan masa lalu. Penting dilestarikan sebagai warisan budaya dan kebanggaan.
Di Kepuh Wetan, Wirokerten, ada saluran air kolonial megah di atas Kali Sawerangan. Dahulu irigasi, terbuat dari bata kokoh & kerangka besi, cerminkan kekuatan teknik sipil lampau. Kini jadi jalan, namun jejak sejarahnya kuat. Potensi ikon warisan budaya lokal, penting dilestarikan.
Di Dusun Mutihan, Jathilan Sawung Galing (berdiri 2017 oleh Suripto) adalah denyut nadi budaya. 50 seniman tampilkan kuda lumping dengan semangat, gamelan, dan spiritual kuat. Ini warisan hidup: seni, tradisi, keberanian. Rasakan sensasinya!
Sejak 2015, Sanggar Adhi Mukti Sandya (Dusun Sampangan, Wirokerten) lestarikan seni. Dipimpin Bima Bagus Saputra, 50 anggotanya bina karawitan, tari, ketoprak. Latihan rutin hasilkan pentas lokal & nasional (Peringkat 38 Lomba Karawitan se-Indonesia). Ruang budaya hidup bagi wisatawan.